Nama : Mardiana
Nim : 11C20210005
Mata Kuliah : Psikologi Sosial
Empat
Teori-Teori Yang Ada dalam Psikologi Sosial
Ada 4 orientasi dimana
teori-teori itu dikelompokan yaitu :
Ø
Orientasi Faktor Penguat
Ø
Orientasi Teori Lapangan
Ø
Orientasi Kesadaran
Ø
Orientasi Psikoanalisa
A. Orientasi Faktor Penguat
Salah satu aliran yang
besar besar pengaruhnya dalam psikologi adalah aliran Behaviorisme. Menurut J.B. Watson dalam Sarwono berpendapat bahwa agar psikologi dapat tetep
ilmiah, maka ia harus objektif dan agar it tetep objektif ia hanya dapat
mempelajari tingkah laku yang Nampak oleh mata (Overt), oleh sebab itu setiap
tingkah laku ditentukan di atur oleh rangsang. Teori yang mementingkan hubungan
dan tingkah laku balasan ini disebut teori rangsang balas (Stimulus-respons
theory).
ü
Teori
Rangsang-Balas Untuk Menerangkan Sikap
Teori rangsang-balas
yang sering juga disebut sebagai teori penguat dapat digunakan untuk
menerangkan berbagai gejala tingkah laku sosial seperti sikap (attitude).Maksud
sikap disini adalah kecendurungan atau ketersediaan seseorang untuk bertingkah
laku tertentu kalau ia menghadapi suatu rangsang tertentu.Salah satu teori yang
menerenagkan tentang terbentuknya sikap ini dikemukakan oleh Daryl Beum yang merupakan pengikut
Skinner (berpandangan Operant).Beum mengemukakan empat asumsi dasar yaitu :
a.
Setiap tingkah
laku,baik yang verbal maupun sosial,merupakan suatu hal yang bebas dan berdiri
sendiri,bukan merupakan refleksi sikap,sistem
kepercayaan,dorongan,kehendak,ataupun keadaan-keadaan tersembunyi lainnya dalam
diri individu.
b.
Rangsang atau tingkah
laku-balas adalah konsep-konsep dasar untuk menerangkan suatu gejala tingkah
laku.Konsep ini hanya dapat didefinisikan dan diukur secara fisik dan
nyata(tampak mata).
c.
Prinsip-prinsip
hubungan rangsang-balas sebetulnya hanya sedikit.Prinsip ini sangat tampak
bervariasi karena bervariasinya lingkungan di mana hubungan rangsang-balas itu
berlaku.
d.
Dalam analisis tentang
tingkah laku perlu dihindari di ikutsertakannya keadaan-keadaan internal yang
terjadi pada waktu tingkah laku itu timbul,baik yang bersifat
fisiologik(kelelahan.kelaparan,dll) maupun yang bersifat konseptual
(dorongan,kehendak,dll).
Berdasarkan
asumsi-asumsi dasar diatas maka Beum mengemukakan teori tentang Hubungan
Fungsional dalam interaksi sosial.Dalam teori tersebut,Beum menyatakan bahwa
dalam interaksi sosial terjadi dua macam hubungan fungsional,pertama adalah
hubungan fungsional di mana terdapat kontrol penguat,yaitu jika tingkah
laku-balas ternyata menimbulkan penguat yang bersifat ganjaran.Dalam hal ini
ada-tidaknya atau banyak-sedikitnya rangsang penguat akan mengontrol tingkah
laku-balas.Hubungan fungsional yang kedua terjadi jika tingkah laku-balas hanya
mendapat ganjaran pada keadaan-keadaan tertentu.Hubungan fungsional yang seperti
ini disebut hubungan fungsional di mana terdapat kontrol diskriminatif dan
tingkah laku-balas yang terjadi hanya jika ada rangsang diskriminatif
disebut tact
Teori ini termasuk
dalam aliran Behaviorisme moderat dan merupakan modifikasi serta penyederhanaan
Teori Perkuatan Leonard Clark Hull yang dihasilkan oleh kerjasama dari John
Dollard dan Neal Miller. Selain itu, teori ini juga bertolak dari Teori
Psikoanalitis serta temuan-temuan dan generalisasi dari antropologi sosial.
Maka tidak diragukan lagi teori ini bercorak klinis dan sosial. Dalam makalah
ini, Teori Perkuatan Dollard dan Miller akan dibagi secara ringkas ke dalam
lima sub pokok bahasan mulai dari, Struktur Kepribadian, Dinamika Kepribadian,
Perkembangan Kepribadian,
a. Struktur Kepribadian
Dollard dan Miller
kurang menaruh minat pada unsur-unsur struktural atau unsur-unsur yang relatif
tidak berubah dalam kepribadian, tetapi berminat pada proses belajar dan
perkembangan kepribadian. Kebiasaan adalah konsep struktural kunci dalam teori
ini sebagaimana telah dijelaskan dalam eksperimen bahwa kebiasaan merupakan
asosiasi antara stimulus (baik eksternal maupun internal) dan respon. Susunan
dari kebiasaan yang telah dipelajari tersebut membentuk kepribadian.
Sejumlah kebiasaan
melibatkan respon internal yang membangkitkan stimulus internal yang bersifat
dorongan (drive). Dorongan itu sendiri merupakan stimulus yang cukup kuat untuk
mengaktifkan perilaku. Dorongan terbagi menjadi dua jenis, yaitu:
ü
Dorongan Primer (primary drives):
Adalah
dorongan-dorongan yang berkaitan dengan kondisi fisik atau fisiologis, seperti
lapar, haus, seks, dan sebagainya. Dorongan primer ini dianggap kurang penting
oleh Dollard dan Miller dalam tingkah laku manusia karena fungsinya telah
tergantikan oleh dorongan sekunder.
ü
Dorongan Sekunder (secondary drives):
Merupakan asosiasi
pemuasan dari dorongan primer, seperti kecemasan, rasa takut, gelisah, dan sebagainya.
Dorongan sekunder ini dibandingkan dengan dorongan primer dianggap memiliki
peranan yang lebih penting dalam tingkah laku manusia karena lebih tampak
secara nyata dan dipandang sebagai bagian-bagian kepribadian yang bersifat
menetap.
B. Teori Orientasi Lapangan
Teori Lapangan (Field
Theory) atau dinamakan juga teori psikodinamika,sering dikira orang hanya
dikemukakan oleh Kurt Lewin Hal ini tidak benar karena selain Kurt Lewin ada
tokoh-tokoh lain yang juga mengemukakan Teori Lapangan seperti Tolman,Wheeler,Lashley,dan Brunswik.Kelebihan
Kurt Lewin atas tokoh-tokoh lainnya adalah bahwa Lewinlah yang paling jauh
mengembangkan teori Lapangan ini sehingga ia dikenal sebagai tokoh yang paling
terkemuka.
Salah satu ciri yang
terpenting dari teori Lapangan adalah bahwa teori ini menggunakan metode “konstruktif”.Ini merupakan metode yang
digunakan Lewin sebagai pengganti metode “klasifikasi”
yang pada waktu itu lazim digunakan.Menurut Lewin,metode klasifikasi mempunyai
kelemahan karena hanya mengelompokkan objek studi berdasarkan
persamaan-persamaannya.Pengelompokan seperti ini bersifat statis.Padahal Lewin
menghendaki metode yang dinamis karena objek studinya adalah tingkah laku yang
dinamis pula.Sifat dinamis ini ada pada metode konstruktif yang mengklasifikasikan
objek-objek studinya berdasarkan hubungan antara satu objek dengan objek
lainnya.
1.
Konsep-konsep Dasar Teori Lapangan
a. Lapangan Kehidupan
Lapangan kehidupan dari
seorang individu terdiri dari orang itu sendiri dan lingkungan kejiwaan
(psikologis) yang ada padanya.Demikian pula lapangan kehidupan suatu kelompok
adalah kelompok itu sendiri ditambah dengan lingkungan tempat kelompok itu
berada pada suatu saat tertentu.
Lapangan kehidupan
terbagi-bagi dalam wilayah-wilayah (region) atau disebut juga lingkungan
kehidupan (life-sphere).Lingkungan kehidupan ini ada yang bersifat nyata
(reality) seperti ibu,teman,pekerjaan,dan sebagainya dan ada pula yang bersifat
maya (irreality),seperti harapan,cita-cita,dan sebagainya.Jadi lapangan
kehidupan mempunyai dimensi nyata-maya(dimensi R-I).Dimensi kedua dari lapangan
kehidupan adalah kecairan(fluidity) dari lingkungan-lingkungan kehidupan
tersebut di atas.Kecairan berarti dapat terjadi gerak,perpindahan dari satu
wilayah ke wilayah yang lain yang tergantung pada keras atau lunaknya
dinding-dinding pembatas dari masing-masing wilayah dalam lapangan kehidupan
itu.
Dimensi lain dari
Lapangan Kehidupan adalah “waktu psikologik”.Walaupun cara pendekatan yang
digunakan Lewin adalah ahistoris,perkembangan lapangan kehidupan itu sendiri
menyebabkan adanya masa lalu,masa kini,dan masa depan psikologik.Dalam
kombinasinya dengan dimensi nyata-maya (R-I),dimensi waktu ini memberikan sifat
yang dinamis pada lapangan kehidupan.
Hal-hal yang dapat
menyebabkan perubahan lapangan kehidupan yaitu :
1.
Meningkatkan diferensiasi dalam suatu wilayah;
2.
Dua atau beberapa wilayah menggabung menjadi satu;
3.
Diferensiasi berkurang;
4.
Suatu wilayah pecah.membebaskan diri dan membentuk
wilayah sendiri;
5.
Restrukrusasi,yaitu ada perubahan pola pada wilayah-wilayah
dalam lapangan kehidupan,tetapi tidak terjadi diferensiasi.
b.
Tingkah Laku dan Lokomosi
Tingkah laku menurut
Lewin adalah lokomosi (locomotion) yang beraryi perubahan atau gerakan pada
lapangan kehidupan.Lokomosi dapat terjadi karena ada “komunikasi” antara dua
wilayah dalam lapangan kehidupan seseorang.Komunikasi antara dua wilayah
tersebut menimbulkan ketegangan (tension) pada satu wilayah dan ketegangan
menimbulkan kebutuhan (need) dan kebutuhan inilah yang menyebabkan tingkah
laku.Namun,sebelum kebutuhan bisa menimbulkan lokomosi,masih ada satu faktor
lagi yaitu batas-batas (barrier) wilayah yang bersangkutan.Kalau batas itu kaku
dan kenyal,maka batas itu akan sukar ditembus oleh daya(forces) yang ada dalam
lapangan kehidupan seseorang sehingga sulit terjadi lokomosi.Sebailknya,kalau
batas wilayah-wilayah itu lunak,maka akan terjadi pertukaran daya antar wilayah
sehingga wilayah-wilayah yang berkomunikasi itu berada dalam tingkat ketegangan
yang seimbang kembali.
b. Daya(Forces)
Kurt Lewin membagi-bagi
daya dalam beberapa jenis berikut ini :
1.
Daya yang mendorong.
2.
Daya yang menghambat.
3.
Daya yang berasal dari kebutuhan sendiri.
4.
Daya yang berasal dari orang lain.
5.
Daya yang impersonal (daya yang tidak berasal dari
kehendak sendiri maupun dari orang lain melainkan dari situasi).
c. Ketegangan (tension)
Meredakan
ketegangan tidak berarti bahwa ketegangan itu harus hilang sama sekali (dalam
keadaan nol),melainkan ketegangan itu disebarkan secara merata dari satu
wilayah ke wilayah-wilayah lain dalam lapangan kehidupan.Dengan perkataan
ini,peredaan ketegangan berarti tercapainya equilibrium (keseimbangan) di
antara wilayah-wilayah.Dengan demikian,ketegangan suatu wilayah tertentu bisa
mereda,tetapi secara umum ketegangan di seluruh lapangan kehidupan belum tentu
mereda.
2.
Penerapan Teori Lewin
a.
Konflik
Konflik adalah suatu
keadaan di mana ada daya-daya yang saling bertentangan arah,tetapi dalam kadar
kekuatan yang kira-kira sama.Ada tiga macam konflik,yaitu :
1.
Konflik mendekat-mendekat (approach-approach
conflict),yaitu orang (P) berada di antara dua valensi positif yang sama kuat.
2.
Konflik menjauh-menjauh (avoidance-avoidance
conflict),yaitu P berada di antara dua valensi negatif yang sama kuat.
3.
Konflik mendekat-menjauh (approach-avoidance
conflict),yaitu P menghadapi valensi positif dan negatif pada jurusan yang
sama.
b. Tingkah Laku Agresif
Dalam
eksperimennya,Kurt Lewin dan kawan-kawan menemukan bahwa dalam kelompok anak
laki-laki yang diberi tugas-tugas tertentu di bawah pimpinan seorang pemimpin
yang demokratis ,maka tampak bahwa tingkah laku agresif yang timbul berada
dalam taraf yang sedang (medium).Akan tetapi,kalau pemimpin kelompok itu adalah
seorang otoriter,maka perilaku agresif mereka menjadi tinggi atau justru sangat
rendah.
4. Kelebihan dan Kekurangan Teori Lapangan
Sumbangan terbesar dari
Teori Lapangan adalah adanya bukti bahwa penelitian psikologi sosial dapat juga
dilakukan dengan metode eksperimental dan dapat dilakukan dalam
laboratorium.Akan tetapi,teori ini juga mengandung beberapa kekurangan yaitu :
ü
Kurt Lewin tidak menyajikan teorinya secara
sistematis
ü
Banyak konsep dan konstruk yang tidak
didefinisikan secara jelas sehingga memberi arti yang kabur
ü
Teori ini terlalu bersibuk diri dengan
aspek-aspek yang mendalam dari kepribadian sehingga agak mengabaikan tingkah
laku motoris yang “covert” (nampak dari luar)
Penggunaan
konsep-konsep topologi telah menyimpang dari arti sebenarnya(penyalahgunaan
topologi).
3.
Teori tentang Hubungan Interpersonal
:
a.
Mengamati Orang lain
Pengamatan terhadap orang
lain sebenarnya tidak jauh berbeda dengan dari pengamatan terhadap objek-objek
lainnya(meja,pohon,dll).Hanya saja orang yang diamati itu memiliki kemampuan
emosi,kehendak,keinginan,dan sentimen yang tidak terdapat pada benda mati.Lagi
pula,seseorang(P) yang mengamati orang lain (O) tahu bahwa O tersebut juga
mengamati P kembali.
b.
Orang Lain sebagai Pengamat
Dalam pengamatn
terhadap lingkungannya,termasuk terhadap orang lain(O),seorang (P) menyadari
bahwa O juga mengamati P.Pengetahuan ini berpengaruh terhadap P dalam tiga
hal,yaitu tindakan,harapan,dan sifat-sifatnya.
c. Analisis yang Naif terhadap Tindakan Orang
Dalam hubungan
interpersonal,seseorang mengamati dan menginterpretasi perilaku atau tindakan
orang lain.Dalam menginterpretasi tindakan orang lain itu dilakukan analisis
secara sederhana(naif) dan dalam analisis itu dicari sifat-sifat bawaan
(dispotitional properties) dari orang yang sedang diamati tersebut.Sifat-sifat
bawaan adalah faktor-faktor yang mendasari perilaku seseorang yang tidak berubah-ubah(permanen).Sifat-sifat
bawaan inilah yang membuat perilaku orang dapat diperkirakan,stabil,dan dapat
dikendalikan.
d. Kausalitas Personal dari Impersonal
Heider membedakan
gejala dalam hubungan interpersonal dalam dua jenis,yang disebutnya sebagai kausalitas
personal dan kausalitas impersonal.Dalam kausalitas personal,P dengan sengaja
menghasilkan X.Tujuan P (Yaitu X) adalah tetap (equifinality) dan untuk
mencapai tujuan itu P akan mengubah-ubah tindakannya kalau ia menghadapi
situasi yang berbeda-beda.
e. Hasrat dan Kesenangan
Hasrat(desire) adalah
sesuatu yang harus ada terlebih dahulu sebelum timbul percobaan(trying).Dengan
perkataan lain,hasrat merupakan prakondisi dari percobaan,sedangkan kesenangan
(pleasure) adalah pengalaman yang timbul akibat (setelah) percobaan.
f. Sentimen
Sentimen adalah
perasaan yang timbul dalam diri seseorang (P) kepada orang lain (O) atau
benda-benda lain (X).Sentimen ada dua macam :positif dan negatif,yang oleh
Heider dinamai suka (like) dan tidak suka (dislike).Pengaruh dua macam ini
sentimen ini terhadap hubungan interpersonal adalah bahwa ia dapat menimbulkan
atau menghambat pembentukan unit (unit information) dan keadaan
berimbang(balances state).
g. Keharusan dan Nilai
Keharusan adalah
hal-hal yang dituntut oleh lingkungan (bukan oleh orang lain) untuk dilakukan
P.Jadi keharusan bersifat impersonal.Nilai juga bersifat impersonal.Nilai
menurut Heider hanyalah menyangkut segi positif dari suatu hal.Jadi,kalau suatu
hal dianggap bernilai oleh P,maka P menganggap hal tersebut positif.Perbedaan
antara keduanya adalah bahwa keharusan merupakan hasil dari daya-daya yang
secara nyata selalu bekerja,sedangkan nilai lebih merupakan daya yang masih
potensial dan baru muncul dalam bentuk perilaku dalam keadaan tertentu.
h. Permintaan dan Perintah
Permintaan didasarkan
pada sentimen positif dimana P bergantung pada O dan mengharapkan hasil
X.Sebaliknya,perintah didasarkan pada kekuasaan P terhadap O.O harus
melaksanakan apa yang diperintahkan P karena P dapat melakukan sesuatu yang
mempengaruhi O.
i.
Keuntungan
dan Kerugian
Jika O melakukan apa
yang diminta atau diperintahkan P,maka O memberi keuntungan (benefit) kepada P
karena ia memberikan X yang bernilai positif karena P.Sebaliknya,kalau O tidak
melakukan apa yang diminta atau diperintahkan P,maka O akan merugikan P karena
X bernilai positif tidak diperoleh P.
d. Reaksi terhadap Pengalaman Orang Lain
Persepsi terhadap
pengalaman orang lain (O) menimbulkan reaksi yang oleh psikologi common sense
disebut “emosi”.
2.
Teori Lapangan tentang Kekuasaan
Kekuasaan sosial
(social power) menurut Cartwright adalah masalah yang sangat penting dalam
menganalisis perilaku sosial.Karena itu sudah banyak definisi yang dikemukakan
tentang kekuasaan sosial ini.Reformulasi Cartwright tentang definisi kekuasaan
berbunyi sebagai berikut : “Kekuasaan A atas B dalam rangka mengubah X menjadi
Y pada waktu tertentu sama dengan kekuatan maksimum dari daya-daya yang dapat
dihasilkan oleh A ke jurusan tersebut (X ke Y),pada waktu tersebut”.
1. Teori tentang Kekuasaan Sosial
Teori yang dikembangkan
oleh French ini terutama membahas proses pengaruh mempengaruhi dalam
kelompok,khususnya dalam kaitannya dengan pendapat dan perubahan pendapat
kelompok.Proses ini menurut French melibatkan tiga pola relasi dalam
kelompok,yaitu hubungan kekuasaan antar anggota kelompok,pola komunikasi dalam
kelompok,dan hubungan antar pendapat dalam kelompok.
2. Teori tentang Kerjasama dan Persaingan
Dalam situasi
kerjasama,wilayah yang menjadi tujuan dari seorang anggota kelompok atau
subkelompok hanya dapat dimasuki oleh individu atau oleh subkelompok yang
bersangkutan jika individu-individu lain atau subkelompok lain juga bisa
memasuki wilayah tujuan itu.Sedangkan dalam situasi persaingan,kalau seorang
individu atau suatu subkelompok sudah memasuki wilayah tujuan,maka
individu-individu atau subkelompok yang lain tidak akan bisa mencapai wilayah
tujuan mereka masing-masing.
C.
Orientasi Psikoanalisis
Psikoanalisis pertama
kali dikemukakan oleh Sigmund Freud, memang teori yang kontroversual. Teori
freud memang sulit dipahami. Sebab yang pertama adalah karena konsepnya
berubah-ubah (berkembang) terus. Kedua karena psikoanalisis hanya berfungsi
sebagai teori, tetapi sekaligus juga teknik terapi dan teknik analisis
kepribadian manusia. Ketiga, freud sendiri tidak banyak menulis tentang psikologi
kelompok . Konsep-konsep freud sendiri antara lain:
a.Variable-variable
interpersonal dan aparat-aparat psikos.
Aparat-aparat psikis
menurut freud dapat digolongkan kedalam 3 golongan yaitu
ü
Libido
Libido adalah energi
vital. Energi ini sepenuhnya bersifat kejiwaan dan tidak boleh dicampurkan
dengan energi fisik yang bersumber pada kebutuhan-kebutuhan biologis seperti
lapar dan haus. Freud mengemukakan bahwa manusia terlahir dengan sejumlah
insting (naluri). Insting dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu
insting hidup (life
insting) dalah naluri untuk mempertahankan hidup dan keturunan dan
Insting mati (death
insting) adalah naluri yang menyatakan bahwa suatu saat orang itu akan mati
insting mati ini menyebabkan perilaku-perilaku agresif.
Sifat, kekuatan dan
cara penyaluran dari libido pada masa kanak-kanak sangat menentukan kehidupan
kejiwaan dan kepribadian orang yang bersangkutan. Karena itu masa kanak-kanak
dipandang freud sebagai masa kritis yang penting sekali artinya.
ü
Struktur
kejiwaan
Jiwa oleh freud dibagi
dalam 3 bagian yaitu;
Kesadaran
(consciousness) ada;lah bagioan kejiwaan yang berisi hal-hal yang disadarinya,
diketahuinya.
Prakesadaran
(preconsciousness) adalah bagian kejiwaan yang bersikan hal-hal yang
sewaktu-waktu dapat dipanggil ke kesadaran melalui asosiasi-asosiasi.
Ketidaksdaran (uncosciousness)
adalah proses-proses yang tidak disadari, akan tetapi tetap berpengaruh pada
tingkah laku orang yang bersangkutan.
ü
Struktur
kepribadian
Ada 3 sistem yang
terdapat dalam struktur kepribadian yaitu;
Jiwa seorang bayi yang
baru lahir hanya terdiri dari id. Isinya adalah impuls-impuls yang berasal dri
kebutuhan-kebutuhan biologic dan impuls-impuls inilah yang mengtur seluruh
tingkah laku bayi. Semua cirri ketidak sadaran berlaku buat id; amoral, tidak
terpengaruh oleh waktu, tidak memperdulikan realitas, tidak menyensor diri
sendiri dan berkerja atas dasar prinsip kesengan. Obyek-obyek yang diperlukan
untuk memenuhi impuls-impuls Dari id terletak dalam realitas, maka id menerlukan
suatu system yang dapat menghubungkan dengan realitas (dunia nyata). Oleh
karena itulah tumbuh system baru dalam jiwa bayi yaitu ego. Pertumbuhan ego
sejak bayi itu dikonfrontasikan dengan kenyataan bahwa realitas adalah suatu
hal yang tidak busa diperlakukan seenaknya saja. Fungsi utama ego adalah
menghadapi realitas dan menterjemahakan untuk id.
Ego juga beroperasi
atas dasar proses berpikir sekunder. Persepsi dan kognisi merupakan bagian yang
tak terpisahkan dari proses sekundera tersebut.
Superego adalah system
moral dari kepribadian berisi norma-norma budaya, nilai-nilai social dan tata
cara yang sudah diserap kedalam jiwa superego mempunyai prinsip yang
bertewntangan dengan id. Superego berprinsip mencari kesempurnaan. Superego
terbentuk sebagai reaksi terhadap tata aturan masyarakat yang dihadapkan kepada
anak oleh orang tua ( atau tokoh orang tua) melalui mekanisme hukuman dan
ganjaran. Tujuan utama proses sosilissi menurut freud adalah pembentukan
superego yang sehat. Orang yang tersosialisasi adalah orang yang menerima tata
aturan masyarakat sebagai aturan-aturannya sendiri. Tugas ego adalah menyusun
strategi tingkah laku sedimikian rupa sehingga keinginan kedua pihak terpenuhi
dan sekaligus nsesuai dengan realitas.
2.
Pertahanan Ego
Untuk melindunginya
dirinya dari keadaan yang menyenangkan itu ego melakukan maneuver (gerakan)
yang disebut pertahanan ego Ego defense). Pertahanan ego ini mempunyai 2 ciri
yaiti; mengabaikan atau mengacaukan realitas dan berkerja pada taraf
ketidaksadaran.
a. Represi
Represi adalah
memasukan hal-hal yang tidak menyenangkan dari dalam kesadaran, ke dalam
ketidaksadaran. Hal yang tidak menyenangkan misalnya; cinta anak pada ibunya
sendiri, rasa benci pada ayah, ketakutan akan dikeberi oleh ayah dsb.
Energi-energi yang timbul sebagai akibat hal-hal yang direpres itu kemudian
dapat disalurkan kepada obyek-obyek atau tingkah laku yang berbahaya buat ego.
b. Proyeksi
Dalam proyeksi
seseorang melontarkan impuls-impuls, kainginan-keinginan, ide-ide dari dirnya
yang tidak dapat diterimanya sendiri, kepada obyek atau orang lain diluar
dirinya.
c. Pembentukan
reaksi (Reaction Formation)
Mekanisme pembentukan
reaksi adalah menekan impuls-impuls yang tidak disukai kedalam ketidaksadaran
dan memunculkan hal yang justru berl;awanan dalam kesadaran
d. Penolakan
(denial)
Penolakan adalah
mekanisme pertahanan ego yang paling primitif. Caranya ialah dengan menganggap
tidak ada hal-hal yang sesungguhnya ada.
e. Sublimasi
Sublimasi adalah
deseksualisasi impuls-impuls seksual dari id. Libido disalurkan ke dalam
tingkah laku artistic, keterampilan-keterampilan teknis dsb.
3.
Psikologi kelompok menurut freud
Teori freud sebenarnya
lebih dekat kepada antropologi social dari pada psikologi social. Beberapa
prinsip yang berlaku edalam fungsi kelompok menurut freud;
a.
Fungsi masyarakat adalah untuk menghambat dan mereres
impuls-impuls naliriah perorangan.
b.
Keluarga adalah aparat dasar dari masyarakat.
c.
Ego bertugas sebagai perantara antara batas-batas
social dan insting.
d.
Manusia dan lingkungan sosialnya selalu berda dalam
konflik yang tiada henti.
e.
Kelompok-kelompok dan masyarakat terbentuk sebagai
kelanjutan keterikatan libido anak pada orang tuanya.
f.
Keadilan social timbul dara persaan saling membutuhkan
dan saling memenuhi antar anggota masyarakat.
g.
Pranata-pranata sosial.
h.
Pembentukan masyarakat tidak disebabkan oleh adanya
satu atau dua objek yang punya kekuasaan yang luar biasa, disebabkan oleh
sublimisasi dan deseksulisasi libido kedorongan persahabatan.
Teori
Psikoanalisis tentang Sikap Sosial
Teori ini diajukan oleh
Sarnoff, materi teori ini menyangkut sikap (attitude) yang diterangkan
berdasarkan mekanisme pertahanan ego. Menurut Sarnoff dalam Sarwono (1984:173)
diantara berbagai sikap yang ditunjukan oleh manusia, ada yang fungsinya mempertahankan
ego dari ancaman bahaya, baik yang dating dari luat maupun dari dalam diri
sendiri.
Terdapat konsep-konsep
dasar yang dipaparkan oleh Sarnoff dalam Sarwono
antara lain:
a. Motif
Adalah suatu rangsang
yang menimbulkan ketegangan (tension), dan ketegangan itu mendorong orang yang
bersangkutan untuk meredakannya.
b. Konflik
Jika ada dua motif yang
bekerja pada satu saat yang sama maka akan timbullah konflik. Batasan ini
didasarkan pada pra anggapan yang dikemukakan Sarnoff bahwa setiap individu
hanya dapat melayani (meredakan) satu motif pada satu saat, jika konflik ini
tidak dipecahkan maka konflik tersebut bisa berlarut-larut dan individu yang
bersangkutan bisa jadi korban motif-motifnya sendiri yang saling bertentangan.
c. Pertahanan Ego (ego defense)
Jika individu
menghadapi rangsang atau situasi yang berbahaya maka ego akan terancam. Ancaman
bahaya ini akan menimbulkan motif takut pada inidividu yang bersangkutan. Kalau
motif takut sudah tidak dapat ditolerir lebih lanjut dan orang yang
bersangkutan tidak dapat melepaskan diri dari objek
yang ditakuti itu maka ia akan mempertahankan egonya. Respon mempertahankan
atau melindungo ego ini disebut pertahanan ego.
d.
Sikap (attitude)
Sikap
berfungsi untuk mengurangi ketegangan yang dihasilkan oleh motif-motif tertentu.
fungsi sikap ini dapat dilakukan dalam kesadaran yang penuh dan bisa pula
berupa bagian dari suatu proses yang tidak disadari.